Mungkin jika kakiku
yang patah atau aku di diagnosa penyakit mematikan, mereka akan lebih peduli
kepadaku. Sepertinya penyakit mental tidak memiliki tempat didunia ini.
Faktanya sangat banyak penderita penyakit ini, namun tidak ada yang peduli. Ya,
mengalami depresi secara fisik mungkin tidak akan membunuhku, namun secara
mental, mungkin saja. Aku sadar aku bisa menjadi lebih kuat dan melawan
penyakit depresiku ini – karena aku juga ingin menjalani pendidikan dan karir,
aku tidak pernah menginginkan drop out.
Bahkan menemukan
motivasi hanya untuk menyikat gigi pun sangat sulit. Jadi, kamu bisa bayangkan
bagaimana perasaanku ketika orang-orang memanggilku penipu. Kesedihan batin ini
menelanku dengan sangat hebat. Aku tidak pernah berharap rasa depresi ini juga
menyerang musuh terburukku, namun terkadang aku ingin melihat salah satu dari
orang-orang yang sering menghinaku merasakan apa yang telah aku alami meskipun
hanya dalam waktu 1 detik. Aku ingin lihat bagaimana mereka melewatinya.
Aku, sama seperti yang lainnya, memiliki
banyak masalah dalam hidupku. Orangtuaku berpisah ketika aku masih sangat muda.
Aku pernah diikuti dari sekolah hingga rumah hanya karena sebagian perempuan
tidak menyukaiku. Aku mengalami bullying baik secara fisik maupun verbal, seperti nama panggilan yang tidak sopan. Pepatah
yang mengatakan, “kayu dan batu mungkin akan menghancurkan tulangku, tapi tidak
dengan perkataan” begiku sangatlah salah. Dipanggil dengan sebutan ‘pelacur’ padahal aku sendiri masih
perawan telah meninggalkan luka emosional yang mungkin akan membekas selamanya.
Ancaman-ancaman
sederhana bahkan telah membuatku menjadi orang yang histeris. Ketika luka fisik
sembuh, luka emosional ini akan terus menghantui selama sisa hidupmu. Ada beberapa
orang yang aku pertimbangkan untuk menjadi ‘sahabat’
namun ternyata mereka mengkhianatiku. Ah,
aku sudah melupakannya sekarang. aku sangat beruntung memiliki keluarga yang
sangat pengertian dan juga kekasih yang akan melakukan apapun untuk membuatku
bahagia. Aku sangat mencintai mereka.
Sayangnya, terkadang
kita akan menyakiti orang yang kita cintai. Luka yang aku dapatkan akan
semuanya menjadi tertuju kepada mereka, dan mereka akan menyalahkan diri mereka
atas segala masalah yang menimpaku. Aku tidak pernah ingin untuk menyakiti
mereka. Aku harap mereka mau memaafkan aku.
Baca Juga :- KisahInspiratif : Ayah, Kami Butuh Kehadiranmu Bukan Uangmu
- 22 PertanyaanYang Akan Membuatmu Menjadi Lebih Baik
Aku menulis ini pada masa
kelamku saat mengalami depresi. Tiga percobaan bunuh diri dan keluargaku
membantuku melewatinya. Sekarang, aku adalah seorang remaja berusia 17 tahun yang
bahagia dan sedang menjalani terapi. Setelah melakukan refleksi, periode dimana
aku sangat menderita karena depresi terasa seperti mimpi yang sangat buruk. Aku
masih tidak percaya apa yang aku alami dan berhasil bertahan. Selalu
ada harapan, untuk siapapun. Akan selalu ada seseorang yang mau mendengarkan.
thanks gan bermanfaat infonya (y)
ReplyDeleteSama2 gan, thanks juga udah baca ceritanya dan bisa bermanfaat..
DeleteBaca cerita yang lainnya juga ya :D
sedih ceritanya ya kita sebagai makhluk tuhan yang sempurna harus selalu bersyukur
ReplyDeleteIya nih, dan sayangnya masih banyak yang belum peduli sama masalah bullying ini :(
DeleteThanks gan
ReplyDeleteSama2 gan
Deletebagus ceritanya, sedih jadinya. hehe
ReplyDeleteiya nih gan sama , thanks udah baca gan
Deletebagus ni ceritanya ,sedih lagi on
ReplyDeleteJadi merasa terharu dan juga menginspirasi gan ceritanya
ReplyDeleteKeren gan ceritanya
ReplyDeleteWah seru banget ceritanya sangat terharu..
ReplyDeleteceritanya bagus....tisu mana tisu :D
ReplyDeleteBagus crtanya.
ReplyDeletekeren ceritanya
ReplyDelete