Namaku Galang, setelah lulus kuliah 1 tahun yang lalu. Kini aku disibukkan dengan pekerjaan sebagai freelancer pembuatan video editing, mulai dari foto wedding, Company profile, atau bahkan dokumentasi ulang tahun. Awalnya hanya iseng-iseng saja, mengingat memang aku adalah lulusan DKV (Desain Komunikasi Visual) dulu. Namun bisnis ini ternyata memang cukup menjanjikan. Akhirnya aku mengajak 2 temanku, Panji dan Handra untuk ikut bergabung dengan keahliannya masing-masing. Kami mulai mencari job kesana-kesini. Alhasil dalam setahun kebelakang, hampir setiap bulan bahkan seminggu dua kali kami mendapatkan tawaran kerja.
Kerja keras kami pun dibayar sepadan dengan apa yang kami kerjakan, sampai akhirnya kami bertiga memutuskan untuk menyewa sebuah rumah kontrakan untuk menunjang bisnis kami ini. Setelah mencari kesana kemari, akhirnya kami mendapatkan sebuah rumah yang memang cukup lama kosong. Lokasinya sih kurang strategis, namun cukup dekat dengan pusat kota membuat aku dan temanku tidak ragu untuk menyewanya. Apalagi, tawaran harganya murah.
“langsung sikaaaat !!” Begitu kata Panji.
Rumah Kontrakan itupun kami sewa. Bagai membeli kucing dalam karung, kami tidak tau apa yang sebenarnya ada dalam rumah itu. Rumah berlantai satu dengan warna cat putih kusam berjamur dan pagar besi yang cukup berkarat juga taman kecil didepan yang diisi penuh oleh ilalang menjadi PR untuk kami bersihkan. Belum lagi beberapa ruangan lembab, perlu dua hari untuk membereskan semuanya sampai akhirnya bisa kami tinggali.
Kamipun akhirnya tinggal disana, menginap dan hidup disana. Waktu berlalu, kira-kira hampir satu minggu kami sudah tinggal dirumah itu. Pada hari itu ada sebuah panggilan, Panji dan Handra memang bertugas sebagai camera man dan editor, sebenarnya kami semua merangkap. Kebetulan karena saat itu aku masih mengerjakan editan akhirnya Handra dan Panji yang berangkat mengambil gambar di Pesta pesanan Client kami. Mereka berangkat sebelum magrib. Akupun tinggal sendirian dirumah itu, mataku berkonsentrasi pada puluhan materi company profle yang harus aku selesaikan karena deadline. Entah sudah berapa jam aku di dalam ruangan itu, beberapa kali aku menyeruput kopi hangat yang aku simpan dekat monitor komputerku.
Dan, “aduh hujan lagi ! bahaya” aku menggerutu saat hujan mulai turun. Aku segera menyimpan semua data yang aku kerjakan. Takutnya mati lampu atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dan tak lama, suara petir cukup mengagetkanku, dan benar saja lampu dirumah ini semuanya mati.
“ah mati lampu nih kayanya, untung udah di save. Ah gelap banget lagi ! lilin dimana ya ?” Aku menggerutu lagi, sambil mencari lilin disekitarku. Karena kesulitan mencari lilin, akhirnya aku berinisiatif menyalakan flashlight di hapeku.
Dengan bantuan flashlight hape akupun menelusuri rumah ini untuk mencari lilin. Kuarahkan lampu senterku bawah untuk menerangi langkah, tiba – tiba, secara spontan aku mengarahkan lampu senter ke arah depan karena melihat sebuah bayangan. mengintip, timbul , lalu menghilang.
Se.. sebuah sosok? seperti berambut panjang hitam! seketika jantungku langsung berdegup kencang.
“HAAAHHH !!!!!” sosok itu muncul lagi, mengintip dari sela-sela pintu didekat tembok. Wajahnya tidak terlihat jelas, namun sangat jelas terlihat rambutnya hitam dan badannya tertutup kain putih ! akupun spontan membuang lampu sorot kelantai dan pergi berjalan keluar menuju ke teras rumah.
Sampai akhirnya aku berdiam diteras. Aku ingin keluar, namun aku juga tidak bisa meninggalkan rumah dengan komputer dan alat-alat lainnya. Akhirnya aku memutuskan menunggu di luar sampai lampu menyala. Masih terbayang jelas sosok wanita yang ku lihat tadi .
Dan tiba-tiba terdengar suara gaduh dari dalam rumah ini, aku masih terdiam diluar teras sambil melihat ke arah jalan. Terdiam kaku tak bergerak, kakiku mulai sedikit bergetar dan suara gaduh itu semakin kencang diiringi suara samar seorang wanita! Ada rasa penasaran saat itu, jadi aku mengumpulkan semua keberanianku. Dan ketika aku menengok ke arah dalam ...
.
.
.
Didalam rumah! dibalik kaca jendela menempel so..sosok seorang wanita!! ASTAGA! Tubuhnya berbalut kain putih kusam dan rambutnya hitam panjang de..dengan lidah yang menjulur keluar.. Astaga, aku melihat matanya! matanya terus melotot mengarah padaku.. Sesegera mungkin aku berlari dari teras dan langsung keluar pagar. Dengan hujan gerimis itupun, aku masih melihat-lihat lagi kedalam rumahku, mengintip apakah sosok itu masih ada atau tidak. Jelas yang ku lihat hanya gelap. Sampai tak lama lampu kembali menyala. Aku beranikan diri masuk kedalam rumah dengan segera, memeriksa keadaan rumah dan semua nampak normal. Tidak ada barang pecah atau berantakan. Aku segera mengambil kunci rumah dan mengunci semua pintu. Lalu memutuskan untuk menunggu teman-temanku pulang diwarung bubur kacang yang berada didekat rumah. Aku sempat bertanya kepada tukang bubur, bahwa sebenarnya itu rumah siapa? Tukang bubur itu bilang, dulu salah satu yang punya rumahnya meninggal dirumah itu karena sakit, dan rumah itu tidak boleh dijual dan dikontrakan. Itu pesan almarhum. Aku sedikit merinding mendengarnya, tapi itu kan kejadian 7 tahun yang lalu.
Setelah hampir 2 jam, akhirnya temanku pun pulang. Aku langsung menyambut mereka yang keheranan melihat aku diluar rumah. Sesampainya didalam, aku langsung bercerita apa yang aku alami tadi. Belum selesai aku bercerita, tiba-tiba saja lampu rumah ini mati! Kami bertiga terdiam. Aku mencoba untuk membuka percakapan..
“Assalamualaikum, mohon maaf kita bukan ganggu disini. Kita cuma tinggal aja disini. Saya Galang dan ini kedua teman saya.”
“Saya Panji” kata Panji melanjutkan,
“saya Ha.. ha.. Handra” lanjut Handra.
“Saya Rahmi” terdengar oleh kami suara seorang wanita, menyebut namanya “Rahmi”! Begitu kami
mencari ke sekitar, ASTAGA! tepat ditengah-tengah kami bertiga, diantara tiang langit-langit, tergantung seorang wanita yang terikat lehernya, dan lidahnya menjulur keluar! i.. it..itu Rahmi ! Kami semua akhirnya lari dengan cepat keluar rumah itu.
Haripun berlalu, akhirnya sebuah kebenaran terungkap. Pemilik rumah ini ternyata bukan meninggal karena sakit, namun bunuh diri. Dan rumah ini, memang tidak boleh dijual atau dikontrakan. Namun anak-anaknya tetap memaksa untuk menjual dan mengontrakannya meski dengan harga yang murah. Setelah mengetahui kebenarannya, kami segera pindah dari rumah itu.
0 comments:
Post a Comment