Iseng-iseng sepulang kerja gue selalu nyempetin buka semua media sosial yang gue punya kaya Instagram, dan Facebook. kali ini ditemani lagu Fantastic Baby dari Bigbag. Seketika perhatian gue langsung fokus ke foto salahsatu temen Facebook yang baru aja meng-unggah foto yang pastinya menarik perhatian pengguna facebook lain; Dua pasangan pelajar smp yang sedang jatuh cinta sedang menikmati dosa besar. Berzina didepan banyak orang.
Sebenernya bukan adegan seperti Hana Anisa, atau Ariel
dulu. Ini masih dalam tahap satu, tapi berstatus waspada, dan bukan didepan
sebuah mall yang banyak sekali orang berlalu lalang, lebih seperti pabrik
kosong, yang siapa saja yang lewat bisa memergoki mereka, miris. Setelah baca
caption dan keterangan gambar, diketahui para pelajar menengah pertama itu
sedang menuntut ilmu didaerah Cirebon, Jawa barat, sekaligus bertempat tinggal
didaerah Cirebon, dan sekitarnya. Bisa Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka,
Kuningan atau daerah terdekat lainnya. Jangan Suudzon tentang dimana mereka
tinggal, karena itu enggak penting. Yang penting adalah apa yang mereka
lakukan.
Beberapa komentar jauh lebih menarik
perhatian dari foto itu sendiri, kebanyakan menyalahkan Micin karena seperti
kata mas-mas di Mojok bahwa topik yang tidak ada habisnya di Indonesia ada 3 ;
Jokowi, PKI, dan Micin, kita tidak akan juga membahas dan membela Micin disini,
karena udah dibahas sama mas-mas Mojok. Beberapa Komentar lain menyalahkan
orang tuanya, katanya orang tuanya engga becus ngurus anak, malang kali orang tua yang mereka maki-maki itu, Padahal orang tua mereka aja engga tau
anaknya lagi berbuat dosa, lantas para Netizen yang tidak pernah salah ini
menyalahkan dan meragukan cara orang tuanya mengurus pelajar tersebut, beberapa
komentar lain menyalahkan sekolah dan para guru tanpa berfikir bagaimana jika
sekolahnya adalah sekolah mereka dulu, atau guru yang mengajarnya adalah guru
mereka dulu, atau malah guru yang mengajar mereka adalah orang tua si Netizen, sisanya hanya berdoa untuk kebaikan si pelajar dan membully para pelajar itu, ini lebih
baik. Karena menyalahkan si tersangka, bukan lingkungan si tersangka.
Lalu siapa yang sebenernya harus disalahkan? Si kaca.
Siapa si kaca ? kaca is Mirror, Mirror is Cermin. Karena mereka engga pernah
ada saat Netizen berkomentar pedas, si Mirror sibuk bersantai ditembok kamar
dan kamar mandi. Tapi yang lebih salah lagi adalah orang-orang yang terlalu malas berkaca. Gini, Maksudnya kita yang seharusnya disalahkan, karena kita
yang engga pernah bercermin. Mau bertaruh wahai manusia yang doyan lempar batu
sembunyi tangan dan menyalahkan Micin ? Begini, akhir-akhir ini banyak banget
para Istri pun suami yang doyan ngeshare tentang kemesraan rumah tangga kalian,
dan para abg umur 17 – 22 tahun yang baru pacaran udah manggil mamah papah
menjanjikan masa depan padahal duit buat beli pulsa aja harus nipu orang pake
sms mamah minta pulsa dulu, darisitu para anak-anak dibawah usia udah mulai
pacaran dan manggil pasangannya dengan papa dan mama, atau umi dan abi, atau
lebih gila lagi ada ada yang nyebut pasangannya pake jenis kelamin, itu kasar. itu Alay.Sungguh.
Belum lagi banyak banget orang-orang
yang masih share tentang foto seorang laki-laki yang lagi cium perut istrinya
yang terekspos tanpa sensor, dengan caption “sayangilah istrimu wahai para suami”, gue tau jelas maksudnya itu
adalah sebuah kode buat para suami biar baca, terus gimana kalo suaminya engga
peka ? sebagai orang-orang yang cukup umur buat dibilang dewasa jelas kita tau
maksud dari artikel itu, tapi apakah para anak SD atau SMP yang umurnya masih
jauh dari kata dewasa mengerti ?
Mereka mungkin baca dengan anggapan
lain, sicewek smp bisa aja ngeshare artikel itu ke pacarnya yang sama sama
dibawah umur, dengan tujuan biar sicowoknya sayang sama dia, karena kelak dia
adalah ibu dari anak-anaknya, begitu pikirnya. Tapi apakah sicowok sependapat?
ah jangankan berfikir nikah, untuk main ps didekat rumahnya aja dia harus
berfikir keras agar diizinkan orang tuanya. Saat dikasih artikel dengan gambar
seperti itu mungkin sicowok bakal lebih tertarik pada gambarnya; mencium perut
wanita adalah tanda sayang. Lalu para netizen yang engga pernah salah akan
kembali sembunyi tangan dengan berbagai alasan seperti “bukan Cuma gue kok yang
share” , jenis netizen ini kaya netizen netizen musiman, kalo banyak orang
ambil jalan lurus, doi bakal lurus. Kalo banyak orang ambil belok, doi bakal
belok. Dan kalo ditanya kenapa belok? Doi dengan semangat akan berkata “ngikutin
yang depan”, tanpa punya tujuan yang jelas.
Ada juga Netizen yang sembunyi tangan
dengan alasan “ya salahin aja orang yang bikin artikel, kenapa gambarnya gitu.”
Atau “gue Cuma baca artikelnya doang kok” sungguh kalian malas sekali cari
artikel serupa digoogle padahal banyak artikel serupa dengan gambar yang lebih
baik wahai para netizen. Atau jika ingin share itu artikel karena malas cari di
google kalian bisa kok share itu kesuami kalian, caranya mudah! klik link,
lalu salin chat suami kalian lalu paste-kan
link tadi kesuami kalian. Itu simple kan, hehe.
Intinya, kita engga bisa terus-terusan menyalahkan orang lain dalam hidup, entah itu si pembuat artikel, orang tua yang 'ternilai' engga bisa ngurus anak, atau si tersangka sendiri. Alangkah lebih baik kita Intropeksi dan mulai gerakan kecil yang lebih baik, menurut gue itu cukup daripada sekedar judge sana sini, komen kasar engga jelas padahal ucapan dan tingkah laku kita sendiri yang akan mereka ikuti, gue pernah baca sebuah artikel intinya seorang anak engga akan selalu ngikutin apa yang orang dewasa katakan, tapi ngikutin apa yang orang dewasa lakukan. Semoga kita lebih bijak buat bertindak entah itu di media sosial, atau dunia nyata.
Intinya, kita engga bisa terus-terusan menyalahkan orang lain dalam hidup, entah itu si pembuat artikel, orang tua yang 'ternilai' engga bisa ngurus anak, atau si tersangka sendiri. Alangkah lebih baik kita Intropeksi dan mulai gerakan kecil yang lebih baik, menurut gue itu cukup daripada sekedar judge sana sini, komen kasar engga jelas padahal ucapan dan tingkah laku kita sendiri yang akan mereka ikuti, gue pernah baca sebuah artikel intinya seorang anak engga akan selalu ngikutin apa yang orang dewasa katakan, tapi ngikutin apa yang orang dewasa lakukan. Semoga kita lebih bijak buat bertindak entah itu di media sosial, atau dunia nyata.
0 comments:
Post a Comment