“Pada sebuah gari waktu yang merangkak maju, Akan ada saatnya kau
bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu selamanya
Pada sebuah gari waktu yang merangkak maju , akan ada saatnya kau
Terluka dan kehilangan pegangan
Pada sebuah gari waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau
Ingi melompat mundur pada titik titik kenangan tertentu
Maka, Iklaskan saja kalau begitu,
Karena sesungguhnya, yang lebih menyakitkan dari melepaskan sesuatu
Adalah berpegangan pada sesuatu yang menyakitimu secara perlahan “
***
Buku Garis Waktu Karya Fiersa Besari ini terbit di tahun 2016, dan diterbitkan oleh Media Kita, buat para Followers Fiersa Besari di Instagram mungkin udah engga asing sama cover buku berlatar belakang ini, karena sebelum menerbitkan ‘anak’nya ini, doi ngadain Polling gitu buat nentuin cover bukunya. Pilihan Mayoritas jatoh pada buku dengan latar belakang berwarna putih dengan beberapa foto hitam putih yang tergantung, kayak mencerminkan perjalanan waktu gitu, Menurut gue, untuk Cover buku terkesan simple tapi cukup menarik perhatian.
Oiya, buat yang engga kenal Fiersa Besari dan bukan Followers dia dimedia sosial, Fiersa besari itu seorang penulis sekaligus penyanyi Indie asal bandung. Doi lahir tanggal 3 maret dan udah jadi sarjanana Sastra Inggris, Buat Kepribadiannya doi orang yang punya wawasan luas menurut gue, dan cowok pecinta alam banget, ramah juga dan punya gingsul yang memikat hati, gue pernah beberapa kali nonton dia manggung, dan jujur gue suka hampir semua lagunya, apalagi yang judulnya “Napak Tilas”.
Back to buku doi, seperti yang udah doi tulis di pendahuluan bukunya, sebenernya buku ini kaya tulisan-tulisan doi jaman dulu yang doi tulis di Media sosialnya, dan doi kemas jadi cerita lebih lengkap dan apik. Kalo gue liat sih ceritanya emang lengkap dari mulai kisah cinta sampai ungkapan perasaannya ke orang tuanya, gue engga habis pikir kenapa doi bisa nulis semua perasaannya dengan tulisan yang menurut gue menarik dan engga kaya orang lagi curhat ngarol ngidul, belum lagi selalu ada sebuah foto di setiap bab baru, seakan-akan kisah di bab itu nyeritain cerita dibalik foto itu, dan ada kesimpulan yang lebih ke Quotes sih menurut gue di setiap akhir bab.
“ Kita berpegangan dengan cara yang pelik,
saling mengingat, namun harus melupakan.
Kita menyayangi dengan cara yang menyakitkan,
saling menginginkan, namun harus merelakan.
Ketidak Pastian ini harus segera dipastikan“
Gue selalu suka bab “Bilur yang membias” halaman 153, dihalaman ini diceritain tentang seorang yang udah capek sama hubungannya tapi sulit buat melepas, dia udah terlalu sayang sama pasangannya, tapi pasangannya malah selingkuh. Dan emang benar, setelah dikhianati kita engga akan bisa seperti dulu. Pada akhirnya kita harus milih buat berjuang atau merelakan, bukankah setelah disakiti memilih bertahan juga malah menyakiti keduanya ? Tapi melepas apa yang engga pernah ingin kita lepas juga sama sulitnya, dan disini Fiersa milih jalan yang tepat dan penjelasan yang bikin gue pingin copas quotesnya haha. Sebenernya, gue suka quotes – quotes yang ada di buku ini lumayan banget buat status di Instagram dan Facebook gue.
Dibuku ini, ada satu hal yang gue engga suka ; kata-kata yang gue engga ngerti di awal halaman kaya : konstalasi, stagnansi dan konservatif. Gue engga tau kenapa Fiersa pake bahasa Indonesia yang orang awam kaya gue engga ngerti, kayanya doi ingin gue dan pembaca yang males baca lainnya pelan – pelan buka kamus bahasa Indonesia deh haha.
Akhir kata kesimpulan gue dari buku ini 80 % dari 100% Menarik, dan gue lebih rekomendasikan buat anak remaja jaman sekarang yang lagi galau sih, biar seenggaknya galau mereka keren dan bisa ngikutin Bung Fiersa, dengan berkarya nulis buku atau keliling Indonesia.
“Beberapa orang berhenti menyapa
Bukan karena perasaannya berhenti;
Melainkan telah mencapai titik kesadaran
Untuk berhenti disakiti“ - ( Halaman 155 )
0 comments:
Post a Comment